DaerahOpini

Nabi Muhammad SAW, Diutus Untuk Membuat Pengikutnya Memiliki Kekeramatan Akhlak

×

Nabi Muhammad SAW, Diutus Untuk Membuat Pengikutnya Memiliki Kekeramatan Akhlak

Sebarkan artikel ini

Oleh : KH. Tb. Hudori Yusuf, Lc (Rois Syuriah PCNU Kab.Serang)

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM.

Click Here

Sekilasindonesia.id – Nabi Muhammad SAW di utus bukan sekedar memperbaiki akhlak, kalau cuma untuk memperbaiki tak usahlah diutus para nabi. Saya juga bisa. Semua ustadz, hipnoterapis dan motivator itu kerjaannya. Suruh orang-orang dengar ceramah dan simulasi mereka satu jam, berubah juga perilaku audiennya. Tapi untuk membentuk “kekeramatan akhlak” (makarimal akhlak), itu saya nyerah. Itu wilayah Allah dan Rasulnya.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk membentuk kekeramatan (makarimal) akhlak” (HR. Baihaqi, Ahmad, Bukhari)

Alhamdulillah. Misi Nabi Muhammad SAW sukses. Sebab, masih terus ada dari umatnya sampai sekarang yang berkeramat. Memang itu tugasnya. Memastikan dunia ini terus diisi oleh orang-orang keramat, sambung-menyambung, sampai kiamat. Bukan tugas nabi untuk membuat semua orang berakhlak mulia (karamah). Sebagian besar memang tidak bisa diperbaiki. Tugas nabi hanya memastikan bahwa kontinuitas cahaya Allah terus mengalir sepanjang masa, dari satu dada ke dada lainnya. Itulah mereka para imam, khalifah, ulil amri, ulama, atau wali-wali yang karamah; yang sambung menyambung mewarisi nur-Nya. 
Orang-orang keramat ini bertugas membuat keramat orang-orang yang menimba ilmu darinya. Sebab, kekeramatan inilah warisan para nabi. Dan memang tugas seorang nabi (dan para ulama pewarisnya) untuk membuat keramat perilaku para pengikutnya. Kalau sudah keramat, itu pertanda ajaran nabi sudah menyatu dalam diri kita. Nabi menjadi keramat karena ada entitas Alquran yang asli, yang tidak berhuruf dan bersuara (Az-Zikr) dalam dadanya. Bukan karena ada mushaf Alquran di lemari rumahnya. Itulah pentingnya berguru kepada orang yang tepat, agar mengalir berkah dan kekeramatannya (transfer of ruhani).

Namun ada yang mengatakan, tujuan beribadah bukan untuk mencari keramat. Benar. Itu benar sekali. Sedikitpun tidak salah. Tapi ingat ! “Dekat dengan api pasti panas. Kalau tidak panas, itu bukan api namanya. Begitu juga kalau dekat dengan Allah pasti keramat. Kalau tidak keramat, itu bukan Allah”

Jadi, benar. Keramat itu jangan dicari. Karena itu memang barang yang otomatis muncul kalau kita dekat dengan Allah. Tugas kita adalah berusaha mendekati, taqarrub kepada Allah. Lupakan keramatnya. Fokus saja pada :

الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى

Ilahi anta maksudi wa ridhaka mathlubi.

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d