Daerah

Di tengah kondisi Pandemi Covid-19, Sulsel berhasil menurunkan Angka Kemiskinan tercepat kedua secara Nasional

×

Di tengah kondisi Pandemi Covid-19, Sulsel berhasil menurunkan Angka Kemiskinan tercepat kedua secara Nasional

Sebarkan artikel ini

MAKASSAR – Provinsi Sulawesi Selatan menempati peringkat kedua tercepat dalam menurunkan angka kemiskinan secara nasional pada periode Maret 2021.

Berdasarkan Berita Resmi Statistik (BRS) Indikator Kemiskinan Maret 2021 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan pada Maret 2021 tercatat sebanyak 784,98 ribu jiwa atau 8,78 persen. Dibandingkan September 2020 jumlah penduduk miskin sebanyak 800,24 ribu jiwa atau sebanyak 8,99 persen. Dengan demikian terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin (P0) sebesar 15,26 ribu jiwa atau 0,21 persen. Indeks Kedalaman Kemiskinan di Sulsel mengalami penurunan dari 1,650 pada September 2020 menjadi 1,489 pada Maret 2021; Indeks Keparahan Kemiskinan juga menurun dari 0,457 pada September 2021 menjadi 0,372 pada Maret 2021. Data tersebut diperoleh melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan oleh BPS setiap bulan Maret dan September.

Click Here

Menanggapi hal tersebut, Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman menegaskan komitmennya untuk terus berupaya dalam upaya menurunkan angka kemiskinan.

“Alhamdulillah, per bulan Maret 2021 angka kemiskinan kita turun 0,21% dari pada bulan September 2020. Namun tentu kita terus berupaya bagaimana terjadinya peningkatan kesejahteraan maupun pendapatan bagi masyarakat,” ujarnya, Jum’at (16/7/2021).

Apalagi di tengah kondisi Pandemi Covid-19 ini, Andi Sudirman tak hanya berfokus pada upaya pencegahan namun juga pada pemulihan, agar aktivitas perekonomian tetap berjalan. “kita ingin ada balance antara mengendalikan penyebaran, di samping itu perekonomian harus tetap berjalan. Jadi dilakukan PPKM Mikro yang berskala kecil tingkat (Desa/Kelurahan/RT/RW), serta melakukan percepatan pelaksanaan vaksinasi,” bebernya.

Sementara itu, Kepala BPS Sulsel, Suntono mengatakan, “secara Nasional, Sulawesi Selatan berhasil menurunkan angka kemiskinan bulan Maret sebesar 0,21% dan menempati peringkat ke-2 setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan penurunan angka kemiskinan mencapai 0,22 persen, ungkapnya pada Jum’at (16/7/2021).

Beragam hal yang mendasari penurunan angka kemiskinan di Sulsel. Salah satunya, terjadi pertumbuhan di sektor pertanian, yang berdampak pada peningkatan pendapatan di wilayah pedesaan.

“Pada triwulan 1 tahun 2021, sektor pertanian mengalami pertumbuhan 7,14%. Karena sumbangannya terhadap pembentukan Produk domestik regional bruto (PDRB) sekitar 22-24% maka pertumbuhan yang bagus di sektor pertanian ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk di pedesaan. Dan lebih dari 34% penduduk di Sulawesi Selatan bekerja di sektor pertanian, maka penduduk mendapatkan pendapatan yang baik sehingga mendorong belanja atau pengeluaran,” jelasnya.

Hal lainnya, kata Suntono, perkembangan harga-harga yang dicerminkan oleh inflasi bulan Maret 2020 – Maret 2021 itu angkanya relatif cukup rendah yaitu rata-rata 2,07%. “Fakta penjelas lainnya , pada indikator ketenagakerjaan yang kita potret bulan Februari 2021 tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Selatan turun sebesar 0,51%, menjadi 5,79% apabila dibandingkan dengan bulan Agustus 2020 lalu,” tuturnya.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara, kata Suntono bahwa realisasi penyaluran bantuan sosial sampai dengan bulan Maret 2021 itu realisasinya relatif sangat tinggi. Serta perkembangan kasus Covid-19 di bulan Maret 2021 pun dilaporkan lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Terdapat beberapa fakta penjelas lainnya yang juga memengaruhi penurunan kemiskinan di Sulsel di antaranya mobilitas dan aktivitas transportasi yang juga membaik pada bulan tersebut.

“Di bulan Maret tahun 2021 itu, kalau kita lihat kasus Covid-19 itu relatif lebih rendah apabila dibandingkan periode Desember, Januari, dan Februari. Oleh karena kasusnya rendah, maka aktivitas ekonomi itu bisa kembali bergairah karena orang lebih berani keluar rumah untuk beraktivitas secara ekonomi,” jelasnya.

(Firmansyah/Rils)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d