DaerahUncategorized

Bercocok Tanam di Tengah Pandemi Covid-19, La Ode Tibolo: Bertani Itu Menyempurnakan Manusia

×

Bercocok Tanam di Tengah Pandemi Covid-19, La Ode Tibolo: Bertani Itu Menyempurnakan Manusia

Sebarkan artikel ini

MUNA BARAT- Dampak pandemi Covid-19 dirasakan oleh hampir semua masyarakat dari berbagai lapisan di seluruh pelosok Tanah Air. Pandemi ini pun tidak hanya berdampak pada segi kesehatan, melainkan juga pukulan terhadap perekonomian.

Masyarakat Kabupaten Muna Barat, sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor perikanan dan perkebunan. Namun pandemi melumpuhkan perekonomian masyarakat. Masyarakat di Mubar yang menggantungkan perekonomiannya pada hasil pertanian kebun pun mengalami persoalan. Pemasaran produk dari kampung turun drastis akibat dibatasinya akses transportasi dan rendahnya daya beli masyarakat. Penghasilan masyarakat kampung untuk pemenuhan kebutuhan hidup pun ikut terimbas.

Click Here

Pukulan hebat itu lantas mendorong warga kampung di Tanah Mubar kembali giat bercocok-tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Kebun-kebun yang semula terbengkalai kini kembali ditanami aneka tanaman pangan.

Merespon dampak pandemi terhadap ekonomi dan kebutuhan masyarakat akan ketahanan pangan, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Mubar, La Ode Tibolo pun menyuarakan kegiatan baru yang lakukan di masa pandemi virus corona ini.

Akibat virus corona yang masih terus menyebar, masyarakat diharuskan untuk tetap berada di rumah, kecuali ada hal yang penting dan mendesak. Hal ini menyebabkan banyak orang mulai mencoba berbagai hal baru agar enggak bosan selama di rumah saja. Salah satunya adalah berkebun.

“Ternyata selain untuk sekadar mengisi waktu, berkebun juga punya banyak sekali manfaat. Manfaat ini bisa berguna untuk fisik tubuh maupun kesehatan mental,” ujar La Ode Tibolo, Sabtu (15/05/2021).

La Ode Tibolo menyampaikan untuk mendapatkan manfaatnya bagi kesehatan, berkebun di lahan perkebunan dan di rumah tidak perlu lahan luas. Cukup manfaatkan sudut rumah yang kosong sebagai ruang bercocok tanam.

“Kalau kondisi di luar rumah tidak memungkinkan, kita bahkan bisa berkebun di lahan perkebunan,” tuturnya.

Menurutnya, ada banyak manfaat melakukan aktivitas berkebun yakni mengurangi cemas berlebih, menurunkan hormon kortisol,

“Dengan berkebun, pikiran negatif yang selalu mengganggu bisa reda untuk sementara digantikan dengan hal yang lebih positif. Kabar baiknya, manfaat berkebun membuat seseorang enggak merasa stres bahkan seakan masuk dalam dunianya sendiri. Dengan begini, produksi hormon kortisol pun bisa ditekan,” terangnya.

Lanjut kata Tibolo, berkebun juga bermanfaat meningkatkan mood, menjaga pikiran positif, pikiran lebih fokus dan meningkatkan rasa percaya diri.

“Menurut peneliti, mikroba yang ada dalam tanah membantu meningkatkan mood. Hal ini bisa terjadi saat seseorang sedang berkebun. Saat berkebun, kamu bisa merasakan ada kehidupan di sekitar, kehangatan matahari, tanah di tangan, serta sepoi angin. Berkebun membuat seseorang jadi lebih fokus saat merawat tanaman-tanaman mereka. Berkebun memang bukan aktivitas yang mudah. Ada banyak sekali cerita orang gagal berkebun seperti tanamannya rusak, baik karena faktor lingkungan atau lainnya. Meski begitu, manfaat berkebun tetap bisa meningkatkan rasa percaya diri seseorang karena merasa punya tanggung jawab terhadap makhluk hidup lain,” tambahnya.

Lebih lanjut Tibolo mengungkapkan jika petani semua hanya orang-orang tua saja, maka kedepan jumlah petani semakin merosot dan produksi akan turun pula. Ketahanan pangan yang selalu diimpikan oleh negara khusus Kabupaten Muna Barat ini pun tidak akan terwujud.

“Tentu untuk menarik minat generasi muda agar menyukai profesi pertanian itu tidak mudah. Karena itulah kegiatan berkebun di pekarangan rumah dapat dijadikan iklim usaha pertanian yang menarik sebagai usaha yang prospeknya bagus untuk masa depan yang lebih cerah. Saat ini bentuk usaha pertanian yang menarik bagi generasi muda bukanlah melakukan usaha pertanian dengan sistem secara tradisional. Melainkan usaha pertanian diubah menjadi pola pertanian komersial berbasis pertanian organik dengan bentuk strategi yang kreatif dan inovatif. Jadi, seseorang (generasi muda) akan mudah memutuskan untuk terjun berusaha di bidang pertanian dengan menciptakan situasi yang membuat mereka tertarik. Nah, memang Covid-19 adalah ancaman yang nyata bagi kita hari ini. Untuk itulah kita mulai sadar pentingnya konsep back to nature (kembali ke alam) yang salah satunya dengan berkebun,” ungkapnya.

Sampai di sini, saya berharap kita semua paham bahwa pertanian itu tidak akan ada habisnya saat krisis sekalipun. Berkebun di lahan perkebunan maupun di pekarangan rumah menjadi contoh kecil untuk kembali ke alam. Adanya ajaran soal “Bertani itu menyempurnakan manusia” bakal jadi kenyataan dan tak hanya jadi angan-angan saja. tutupnya.

Reporter: Sacriel

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d