Daerah

Miris !! Penderita Sakit Ginjal di Takalar Hidup di Rumah Tak Layak Huni

×

Miris !! Penderita Sakit Ginjal di Takalar Hidup di Rumah Tak Layak Huni

Sebarkan artikel ini
Foto. (Bawah) Nyambe Daeng Sewang bersama anaknya, Tonji. (Atas) kondisi pada bagian dalam rumah.

TAKALAR, SEKILASINDO.COM – Nyambe Daeng Sewang (48), warga Dusun Bontobila, Desa Bontomanai Kecamatan Mangarabombang, tinggal di rumah yang jauh dari kesan layak.

Dia tinggal bersama sang buah hati, Tonji, yang masih berstatus pelajar di SDN Bontomanai.

Click Here

Sejak kecil, Tonji, rela menahan pahitnya hidup ditinggal sang ibu, karena tak tahan hidup bersama suami yang memiliki riwayat sakit.

Kesehariannya, Daeng Sewang, bekerja sebagai buruh harian yang berpenghasilan tak menentu meskipun rela menahan sakit.

Terkadang Daeng Sewang membanting tulang demi upah Rp. 50 ribu per hari dari hasil buruhnya jika kondisinya sedang sehat.

Dari gaji yang diperoleh, terkadang biaya kebutuhan masih menurutnya kurang. Terlebih lagi dia harus menafkahi anak semata wayangnya.

Sampai saat ini, Daeng Sewang belum memiliki layanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah, Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Saat ditemui, Daeng Sewang mengaku tinggal di rumah tersebut sekitar empat tahun lalu.

“Saya sudah empat tahun di rumah yang sudah mau roboh ini. Dan jujur selama ini belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik bantuan sembako ataupun bantuan lainnya seperti Kartu KIS,” tuturnya.

Daeng Sewang berharap besar kepada pemerintah agar lebih memperhatikan kondisinya.

“Saya sangat berharap kepada pemerintah agar terbuka hatinya melihat kondisi saya bersama anak saya saat ini, sebab pendapatan saya tidak menentu kadang Rp. 50 ribu karena saya menderita penyakit ginjal sehingga kalau sakit hanya bisa berserah diri kepada Allah SWT,” ungkapnya.

Selain itu, Tonji, sedikit bercerita tentang kondisi sang ayah yang sering jatuh sakit.

“Saya tinggal bersama ayah, sebab ibu saya tega meninggalkan saya sejak masih kecil. Walaupun begitu, saya tidak akan pernah membenci ibu saya. Saya juga terkadang sedih dengan melihat kondisi bapak yang sering sakit,” kata Tonji, dengan mata berlinang.

Foto. Tampak depan kondisi kediaman Daeng Sewang.

Tonji mengaku, Ayahnya selalu tabah dan sabar dengan kondisinya.

“Ayah sama sekali tidak pernah putus asa untuk mengais nafkah dan berjuang demi kebutuhan saya ke sekolah. Saya juga berharap supaya pemerintah membantu saya termasuk alat tulis dan tas sekolah,” harap Tonji.

(Araswandi)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d