Opini

Melawan Budaya Bentukan Kapitalisme

×

Melawan Budaya Bentukan Kapitalisme

Sebarkan artikel ini
                     Penulis : Muh Nurhidayat S

OPINI, SEKILASINDO.COM– Jika keadaan memaksamu untuk melakukan suatu pemberontakan untuk mencapai yang namanya keadilan, maka memberontaklah.

Tapi jangan pernah takut dengan mereka yang telah membuatmu tidur selama ini. Jika kau menginginkan yang namanya ‘revolusi’ maka bersiaplah untuk merasakan yang namanya alienasi, dikucilkan, dihina, tidak memiliki kawan, dibenci oleh orang banyak, dan bahkan menderita.

Click Here

Sudah tidak asing lagi kita mendengarkan pembahasan mengenai ‘kapitalisme’, karena ini masalah yang kita hadapi sekarang.

Salah satu tokoh yang sangat populer dalam pembahasan mengenai kapitalisme adalah ‘Karl Marx’. Marx mengatakan bahwa kapitalisme adalah pencapaian profit (keuntungan) sebanyak-banyaknya.

Sedangkan, Max Weber mengatakan bahwa ciri dasar kapitalisme adalah sistem pertukaran di pasar.

Dengan lahirnya revolusi industri di Inggris itu kemudian menjadi fase perkembangan kapitalisme, karena pada saat terjadinya revulosi industri Inggris maka lahirlah yang namanya mesin-mesin.

Misalnya, di negara Eropa pada saat itu melakukan produksi terus menerus sehingga hasil produksi itu tertumpuk, dengan tertumpuknya hasil produksi tersebut.

Itu kemudian negara Eropa melakukan ekspansi ke negara-negara lain, misalnya Asia dan lain-lain.

Berbicara dalam konteks sekarang bahwa kapitalisme terus-menerus melakukan rekonstruksi pada dirinya agar mendapat profit sebanyak-banyaknya.

Okelah, Michael Blim mengatakan, bahwa mau tidak mau dan suka tidak suka, kita sudah dalam sistem kapitalisme.

Dengan munculnya kapitalisme, itu kemudian melahirkan yang namanya masyarakat konsumtif.

Masyarakat konsumtif adalah di mana masyarakat lebih banyak mengkonsumsi daripada memproduksi, maka dari itu dengan adanya masyarakat konsumtif tersebut.

Kaum kapitalis itu kemudian terus menerus mengkonstruk sebuah strategi untuk bagaimana kemudian mendapatkan profit sebanyak banyaknya.

Salah satu cara kaum kapitalis mendapat banyak keuntungan adalah menjajah kesadaran masyarakat, penjajahan kesadaran ini melalui beberapa cara misalnya di Internet, Mall, dan Game.

Pertama, di Internet terus menerus menghadirkan iklan-iklan kosmetik, pakaian bermerek, gaya hidup mewah, yang mampu mengganggu kesadaran masyarakat apalagi bagi sebagian kalangan wanita yang suka berjalan-jalan, hingga shoping.

Kedua, di Mall selalu menjadi tempat pilihan bagi sebagian orang untuk bersantai, berjalan-jalan bersama pasangan atau keluarga, dan menjadikan tempat perkumpulan, waktu senggang yang seharusnya dirasakan oleh masyarakat ketika duduk bersantai, istirahat.

Ataupun berkumpul di rumah bersama keluarganya, kini budaya itu telah dibaluti oleh budaya-budaya kapitalisme, sehingga budaya waktu senggang sebagian masyarakat sampai hari ini, yaitu ketika berada di Mall.

Karena menurutnya, Mall itu bersih di bandingkan pasar-pasar trandisional, yang barangnya tersusun rapi, dan banyak barang-barang yang menarik.

Memang betul apa yang mereka katakan, tapi kalian juga harus ketahui bahwa itu adalah bagian dari konstruk untuk bagaimana kemudian menarik perhatian pelanggan.

Walaupun awalnya kalian hanya ingin jalan-jalan sekaligus melihat-lihat pakaian yang terpajang di Mall, tetapi yakin dan percaya bahwa kalian akan mengatakan “Saya menyukai barang itu”.

Kemudian hasrat kalian sangat tinggi untuk memiliki barang itu yang awalnya kalian hanya ingin berjalan-jalan dan mengisi waktu senggang saja, belum lagi di Mall menghadirkan tempan-tempat beristirahat misalnya cafe, dan tempat makan.

Mau tidak mau kalian akan singgah berkunjung di tempat tersebut guna mengumpulkan lagi energi untuk melanjutkan perjalanan.

Ketiga, inilah salah satu yang sangat mematikan nalar kritis sebagian masyarakat apalagi di kalangan kaum intelektual, yaitu munculnya berbagai macam farian Games.

Game kini menjadi tuhan bagi sebagian orang, lihat saja banyak orang mengisi waktu senggangnya dengan berkumpul sambil bermain game dari pagi hingga malam hari atau malam hari hingga pagi hari.

Game selalu menghadirkan warna-warna baru baik tampilan ataupun kualitas game tersebut sehingga peminatnya bertambah terus menerus baik kalangan remaja sampai orang tua pun melakukan aktivitas ini.

Melihat konteks sekarang bahwa waktu senggang sebagian masyarakat itu sudah beralih pada budaya hedonis dll.

Misalnya bagi sebagian pekerja yang mempunyai waktu senggang seharusnya beristirahat guna menyegarkan badan, berkumpul bersama keluarga di rumah atau di taman sambil melihat keindahan matahari terbenam atau apa semacamnya.

Tetapi waktu senggang pekerja itu kemudian tergiring pada aroma-aroma Mall, Kfc untuk berjalan jalan menemani keluarganya yang sudah di matikan kesadarannya.

Belum lagi di kalangan mahasiswa, kebiasaan sebagian mahasiswa itu juga tidak jauh beda dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya bahwa Mall adalah tempat yang tepat untuk mengisi waktu senggangnya, baik bersama pacar, teman dekat, ataupun bersama keluarganya.

Untuk melawan budaya-budaya seperti di atas yang sudah mengakar, ayo lakukan pemberontakan kolektif.

Tapi tunggu dulu man, pemberontakan yang saya maksud bukan pemberontakan fisik tapi pemberontakan pikiran guna untuk melakukan penyadaran kolektif.

Baik dengan cara diskusi, dan baca buku, ataupun apa semacamnya yang jelas kalian melakukannya suatu penyadaran secara kolektif.

Gaya boleh berantakan, asalkan pikiran tidak berantakan karena sejatinya kecantikan dan kempanan kalian bisa diukur dengan bagaimana keilmuan kalian.

Penulis : Muh Nurhidayat S, (Mahasiswa UIN Alaudin Makasaar dan kader Gerakan Rakyat dan mahasiswa Indonesia “Gerak Misi”)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d