Opini

Oposisi Rapuh Stabilitas Terganggu

×

Oposisi Rapuh Stabilitas Terganggu

Sebarkan artikel ini

 

 

Click Here
Penulis : Firmansyah, M.H. (Akademisi dan Peneliti Muda)

OPINI, SEKILASINDO.COM– “Kabinet telah terbentuk, harapan rakyat menuntut”. Menurut hemat penulis kalimat tersebut tepat untuk menggambarkan suasana saat ini. Setelah rakyat di pertunjukan dengan parade istana, kini saatnya rakyat indonesia mengawal perfome para menteri-menteri kabinet indonesia maju. Wajah-wajah barupun nampak menempati beberapa posisi kementerian seperti Nadim Makarim sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan , Erick Tohir sebagai menteri BUMN, Wisnuthama sebagai Menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, serta beberapa tokoh baru di kementerian lainnya.

Begitupun wajah lama yang juga menjabat pada periode sebelumnya kini menjabat kembali untuk melanjutkan visi menuju Indonesia maju. Dalam jajaran menteri Indonesia maju terlihat sosok Prabowo dan Eddy Prabowo yang berasal dari partai Gerindra yang notabenenya merupakan rival Jokowi-Ma,ruf Amin dalam pemilihan capres dan cawapres 2019 lalu.

Jika memutar waktu kembali di awal tahun 2019 moment kampanye capres dan cawapres begitu membelah masyarakat seolah-olah menjadi pertarungan surga dan neraka, salah dan benar, sampai nyawapun dipertaruhkan, tentu fenomena tersebut sangat mempengaruhi tatanan masyarakat apalagi pada wilayah akar rumput, hujat menghujat semakin subur, permusuhan dimana-mana sampai keluargapun sudah tak saling mengganggu.

Sungguh aneh tapi nyata ketika prabowo menjadi menteri pertahanan, lalu siapa yang akan menjadi oposisi? siapa yang akan menjadi perpanjangan lidah rakyat ketika rakyat ingin mengkritisi kebijakan pemerintah, oposisi menjadi rapuh stabilitas politik pun terganggu.

Hal ini tentu menjadi preseden buruk dalam perpolitikan indonesia. Penulis merasa prihatin karena elit politik dan sejumlah anggota parlemen merapat ke dalam kekuasaan. Ketika terjadi kekosongan oposisi yang terjadi adalah kekuasan menjadi tak terbatas, sehingga negara menjadi power full cenderung otoriter.

Maka dengan merapatnya oposisi ke pemerintahan, civil society menjadi alternatif dalam mengawal pemerintahan Jokowi untuk lima tahun kedepan. Harapan publik tentunya tetap menjaga stabilitas negara, serta menjaga kebebasan berpendapat yang saat ini mulai terancam dan tergrogoti oleh kepentingan kelompok maupun individu.

Penulis : Firmansyah, M.H. (Akademisi dan Peneliti Muda)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d